April menjadi peringatan untuk emansipasi wanita melalui sosok pahlawan nasioanal R.A. Kartini. Kenyataanya euforia lebih pada busana adat nusantara, bukan pada nilai nilai perjuangan pahlawan asal Jepara ini. Kaitanya dengan hari raya Galungan dan Kuningan, yang tahun ini juga dirayaakan saat April adalah begitu besarnya peran perempuan. Baik ketika perjuangan emansipasi dan perayaan hari raya Galungan dan Kuningan di Bali.
Simbol simbol Hindu begitu erat kaitanya dengan perempuan, ada Dewi Saraswati, Laksmi, Durga, Kali, dan Parwati. Sebagai Shakti ( kekuatan feminim dari tuhan ), para dewi adalah faktor penting dalam harmonisasi alam semesta . Meski begitu perempuan Hindu di Bali masih mengalami deskriminasi, seperti ketiadaan hak waris hingga peran perempuan yang hanya menempati ruang domestik saja. Entah ini disebabkan tafsir salah terhadap kitab kitab atau semacam pengukuhan dominasi laki laki politis.
Pada hari raya Galungan penggambaran peran perempuan hanya pada batasan menghaturkan banten dan mejejaitan (membuat alat alat perlengkapan sembahyang dari janur). lain halnya penggambaran laki laki yang didominasi kerja kerja maskulin seperti membuat penjor dan mebat (tradisi masak bersama). Ketika sebuah keluarga tidak memiliki laki laki maka terlihat wajar para perempuannya membuat penjor dan mebat mengolah daging maupun lawar. Akan terlihat tidak wajar bila laki laki yang mebanten dan maturan ke pura pura. Begitulah masyarakat mendiskriminasikan perempuan. Saat Galungan, hal ini kerap terjadi.
Para perempuan sepekan menjelang Galungan sudah mulai mempersiapkan diri membuat rangkaian janur dan kue kering untuk kelengkapan ritual. Mereka begitu sibuk lain halnya dengan laki laki yang hanya sibuk ketika dua hari sebelum Galungan. Meskipun di zaman modern ini, segala persiapan ritual bisa di beli. Peran perempuan tidak bisa diremehkan, sebab rata rata perempuanlah yang mengingat detai terkait kelengkapan ritual tersebut. Peran laki laki hendaknya tidak hanya mensuport dari sisi materi mentang mentang kepala keluarga. Dalam konteks ini, laki laki mendukung perjuangan emansipasi perempuan. Sebab tidak selamanya bisa melakukan rutinitas tersebut, mengingat perempuan mengalami siklus cuntaka bulanan.
Selama ini aplikasi emansipasi perempuan sebatas wacana. Perempuan Hindu selalu dibesarkan hatinya melalui penggambaran perempuan kuat dalam foto foto perempuan nyuun gebogan. Pun pada artikel artikel di koran, diksi tangguh dan pekerja keras kerap disematkan pada perempuan Hindu. Faktanya laki laki tetap menjadi otoritas utama yang sentral dalam segala bentuk organisasi sosial, termasuk keluarga. Sebaliknya perempuan tidak bisa lari dari apa yang disebut sebut sebagai kodrat. Kodrat bahkan disempitkan hanya sebatas dapur atau mesin pencetak anak.
Pertanyaan pertanyaan macam anaknya perempuan atau laki laki masih saja ada. Bila anaknya laki laki, yang keluar pasti ucapan syukur atau pujian betapa beruntungnya keluarga itu punya keturunan lelaki, betapa bahagianya mereka mendengar kabar itu. Berbeda ketika yang lahir adalah perempuan. Kalimat kalimat kekecewaan yang muncul, seperti yah anaknya perempuan ya? Nggak apa apa, nanti bisa bikin lagi biar dapet anak cowok.
Pada era modern ini, konsep purusa pradana hendaknya dipahami betul betul purusa disimbolkan dengan Siwa sedangkan pradana disimbolkan dengan Dewi Uma. Di dalam proses penciptaan, Siwa memerankan fungsi maskulin sedangkan Dewi Uma memerankan fungsi feminim. Tiada suatu apapun akan tercipta jika kekuatan purusa dan pradana tidak menyatu. Penyatuan kedua unsur itu diyakini tetap memberikan bayu bagi terciptanya berbagai mahluk dan tumbuhan yang ada. Itu artinya penyatuan purusa dan pradana akan mengantarkan masyarakat pada keseimbangan, sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh pemimpin yang bijaksana. Laki laki dan perempuan memang memiliki kodrat yang berbeda, namun bukan berarti ketika perempuan sibuk menyiapkan segala upakara hari raya, laki laki boleh ongkang ongkang kaki bahkan sibuk maceki.
source: Esa Bhaskara | Wartam/edisi74/April/2021/42
** https://parisada.or.id/perempuan-hindu/